Sudah hampir seminggu nih batuk-batuk, hidung meler.. melernya pun udah kentel gitu.. Waks.. Trus gampang banget nular, dari satu anggota keluarga ke yang lain. Satu persatu kayak giliran gitu..
Nah kalau udah berhari-hari gejala nggak sembuh gini, jadi kurang nyaman juga kan.. Jadi rada kurang semangat beraktivitas.. Trus kepikiran deh sama antibiotik. Sebenernya perlu nggak sih???
Aku ambil dua dari beberapa systematic review yang kutemukan nih. Ohya, systematic review adalah evaluasi (critical assessment) dari sejumlah penelitian dengan tema yang sama, kemudian dengan metode tertentu digabungkan dan dianalisis menuju suatu kesimpulan.
Mengapa kita memakai hasil penelitian sebagai dasar pengambilan keputusan? Karena kedokteran adalah ilmu yang evidence based (berdasarkan bukti). Evidence Based Medicine. Basic ilmu kedokteran adalah bukti-bukti penelitian ilmiah. Jadi pengambilan keputusan termasuk terapi pun mestinya diambil berdasarkan bukti ilmiah.
Mengapa kita memakai hasil penelitian sebagai dasar pengambilan keputusan? Karena kedokteran adalah ilmu yang evidence based (berdasarkan bukti). Evidence Based Medicine. Basic ilmu kedokteran adalah bukti-bukti penelitian ilmiah. Jadi pengambilan keputusan termasuk terapi pun mestinya diambil berdasarkan bukti ilmiah.
Arrol B, Kennedy . Are antibiotics effective for
acute purulent rhinitis? Systematic review and meta
analysis of placebo controlled randomised trials BMJ 2006;333:279.
Jurnal pertama: menurut jurnal di atas, memang
ada manfaat signifikan pada 5-8 hari pemberian antibiotik dibandingkan dengan
plasebo. Relative Risk (RR) sebesar 1.18 (95%CI 1.05 - 1.33). Akan tetapi
manfaat tersebut bisa dibilang kecil. Sedangkan number needed to treat (NNT)
berkisar antara 7-15 (yang artinya 6 pasien tidak akan mendapatkan manfaat dari
setiap satu orang yang mendapatkan manfaat antibiotik).
Di sisi lain, Relative Risk untuk efek samping
antibiotik (nyeri perut, muntah, diare, ruam) sebesar 1.46 (95%CI 1.10 - 1.94).
Masih lebih besar dibandingkan RR manfaatnya.. Sedangkan number needed to harm
(NNH) berkisar antara 12-78. Perlu diperhatikan bahwa pada penelitian ini juga
dimasukkan pasien-pasien penderita sinusitis (yang notabene lebih sensitif
terhadap antibiotik). Sehingga kemungkinan ini juga mempengaruhi hasil
penelitian.
Arroll B, Kenealy T, Falloon K. Are antibiotics indicated as an initial
treatment for patients with acute upper respiratory tract infections? A review.
Journal of the New Zealand Medical Association, 17-October-2008, Vol 121
No 1284.
Jurnal kedua: hasil review menunjukkan bahwa tidak ada manfaat signifikan antibiotik
dibandingkan plasebo, dengan relative risk 0.89 (95%CI 0.77–1.04). Sedangkan untuk efek
samping, 4 penelitian melaporkan relative risk sebesar 2.71 (95%CI 1.08–6.83).
Soooo..
Jangan buru-buru memakai antibiotik ya.. Mentang-mentang antibiotik bisa dibeli bebas di Indonesia tanpa resep dokter, bukan berarti bisa sembarangan memakainya. Nanti kita semua deh yang rugi. Kalau udah ada yang namanya antibiotic resistency, semua antibiotik sudah nggak mempan dipakai melawan kuman akibat pemakaian yang tidak rasional, trus kita pakai apa dong?
Oleh karena itu, menurut saya tidak berlebihan kalau seorang profesor mengatakan bahwa resistensi antibiotik itu sama halnya dengan global warming. Saya juga pernah membaca artikel dengan judul bahaya resistensi antibiotik itu sama bahayanya dengan ancaman teroris.:-)
Itu beralasan kok.. Jadi please, mari berhati-hati memakai antibiotik. Baik untuk pasien, dokter maupun semua pihak. Pemakaian antibiotik betul-betul harus r a s i o n a l. Saya sangat berharap mudah-mudahan penggunaan antibiotik di Indonesia diatur lebih rapi dan hati-hati lagi.
0 comments:
Post a Comment