Areen & Noi. Powered by Blogger.
RSS

Umur Berapa Anak boleh Punya Handphone?

Mungkin jawaban yang paling populer untuk pertanyaan di atas adalah 10 atau 12 tahun. Tapi sebetulnya hingga saat ini belum ada guideline berdasarkan umur untuk menentukan kapan anak memiliki handphone sendiri. Issue ini cukup rumit karena menyangkut tumbuh kembang anak, sifatnya individual, tergantung kebutuhan, kesiapan anak untuk bertanggung jawab, kontrol orang tua dan lain-lain.


Jika Anda sedang mempertimbangkan untuk membelikan anak Anda sebuah handphone/gadget, step-step di bawah ini mungkin bisa membantu. Jangan memberikan handphone pada anak sebelum melewatinya:

1. Get Aware
Pastikan Anda menyadari bahwa pengaruh sebuah handphone yang mungil bisa sangat besar dan serius. Mungkin lebih dari yang Anda bayangkan sebagai orang dewasa karena anak usia belia masih sangat polos. Jangan sekedar tergiur dengan fasilitas atau hal positif yang didapatkan dari sebuah handphone atau sekedar mengikuti trend semua anak di lingkungan yang sudah punya handphone. Apalagi dijadikan gengsi, semakin mahal semakin baik.

Pertimbangkan juga secara proporsional akan bahaya pornografi, kriminal, rasisme, cyberbullying, sexting dll. Juga potensi efek negatif terhadap psikologi dan perkembangan anak seperti adiksi (kecanduan), menurunnya empati dan kemampuan bersosialisasi di dunia nyata.

Belum tampak/terbukti efeknya terhadap kesehatan juga bukan berarti aman. Anak lebih rentan dibandingkan dewasa, efek radiasi 2-10 kali lipat lebih berbahaya terhadap organ otak, sumsum tulang dan tulang belakang, penglihatan dll. Ini semua masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

2. Ask Yourself
Apakah anak butuh memiliki handphone atau butuh menggunakan handphone? Keduanya berbeda. Jika anak sekedar butuh menggunakan handphone, Anda bisa meminjami untuk keperluan tertentu dan mengembalikannya setelah selesai.

Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini. Jika Anda menjawab semua pertanyaan dengan 'Ya', kemungkinan anak Anda sudah siap memiliki sebuah handphone:
  • Apakah anak memerlukan handphone sebagai alat komunikasi dengan orang tua atau jika dalam keadaan darurat (misalnya terkait kondisi kesehatan dll.)?
  • Apakah anak sudah bisa mengatur waktu dan menerima batasan waktu dalam hal lain, misalnya kapan boleh menonton televisi, kapan bermain game?
  • Apakah anak mengerti jenis apps yang boleh didownload dan mengetahui bagaimana mengakses internet secara aman dan benar? (dengan siapa boleh/tidak boleh berkomunikasi? apa yang boleh/tidak boleh dishare secara online?  
  • Apakah anak sudah bisa menjaga barang-barang miliknya yang lain, tidak sering rusak/hilang dsb.?
https://www.lookout.com/resources/reports/smartphone-family-guide


3. Make a Agreement 
Setelah memberikan informasi mengenai efek positif dan negatif handphone/gadget dan berdiskusi dengan anak, buatlah kesepakatan mengenai penggunaannya. Hal ini penting agar sejak awal anak mengerti aturan main dan doronglah anak untuk konsisten dan bertanggung jawab.  Kesepakatan dapat Anda buat dan disesuaikan dengan kondisi. Sebagai referensi, Anda bisa melihat contoh agreement seperti di bawah ini.

      http://www.childphoneagreement.com/create/agreement


-- Children want freedom, parents take control. ---


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pentingnya Kontrol Rutin pada Bayi Prematur


Seiring dengan pertumbuhannya, semua bayi baik bayi prematur maupun bayi aterm memerlukan kunjungan dan pemeriksaan rutin ke dokter anak untuk melakukan check-up dan imunisasi.  Namun untuk bayi prematur diperlukan perhatian lebih dan pemeriksaan yang lebih menyeluruh.   

Pentingnya follow-up pada bayi dengan riwayat prematur dilatarbelakangi oleh permasalahan dan komplikasi terkait prematuritas yang dapat muncul baik segera maupun di kemudian hari.







Prematuritas menyebabkan komplikasi baik jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin awal bayi dilahirkan, maka semakin tinggi risiko komplikasi.

Komplikasi Jangka Pendek
Dalam minggu-minggu pertama komplikasi yang dapat terjadi antara  lain: 
1.        Masalah pernapasan
  • Belum matangnya paru menyebabkan kekurangan surfaktan, yaitu substansi yang menyebabkan paru bisa mengembang. Hal ini menyebabkan sindrom distress pernapasan.
  • Bayi prematur juga dapat mengalami kondisi apnea atau henti napas.
  • Penyakit paru kronik yang disebut bronchopulmonary dysplasia.
2.      Heart problems.
  •  Masalah jantung yang paling sering adalah patent ductus arteriosus (PDA).
  • Hipotensi yang memerlukan cairan intravena, obat-obatan dan transfuse darah.
3.      Masalah Otak 
Semakin awal bayi dilahirkan, makin besar risiko terjadinya perdarahan otak yang disebut intraventricular hemorrhage. Kebanyakan perdarahan ringan dan dapat membaik dalam jangka pendek namun perdarahan luas dapat menyebabkan gangguan permanen pada otak. Perdarahan yang luas ini kadang dapat menyebabkan hidrosefalus yang memerlukan pembedahan.

4.      Masalah Suhu 
Bayi premature mengalami kekurangan lapisan lemak tubuh dan ketidakmampuan untuk mengatur suhu tubuh. Hipotermia pada preemie dapat menyebabkan masalah pernapasan dan rendahnya gula darah. Oleh karena itu bayi premature memerlukan warmer atau inkubator untuk membantu menormalkan suhu tubuhnya.  

5.      Masalah Pencernaan 
Akibat sistem pencernaan yang belum matur, bayi preemie dapat mederita komplikasi yang disebut necrotizing enterocolitis (NEC).  Ini merupakan kondisi yang serius dan biasanya terjadi  setelah pemberian makan oral dimulai. Bayi yang mendapatkan ASI memiliki risiko rendah menderita NEC.

6.      Masalah Darah 
Risiko lebih tinggi terjadinya anemia dan kuning pada bayi (jaundice). Anemia disebabkan karena kurangnya sel darah merah akibat produksi yang kurang dan pengambilan darah untuk pemeriksaan labiratorium.  Kuning pada bayi disebabkan karena tingginya pigmen kunig (bilirubin) yang merupakan hasil pemecahan sel darah merah.

7.       Gangguan Metabolisme 
Gangguan metabolisme yang sering terjadi pada bayi premature adalah hipoglikemia atau rendahnya kadar gula darah dalam darah. Hal ini terjadi  karena bayi prematur memiliki cadangan glikogen yang lebih rendah dan kemampuan liver mengubah gikogen menjadi glukosa masih belum sempurna.


8.      Ganguan Sistem Imun
Sistem kekebalan tubuh yang belum matur menyebabkan infeksi yang dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh menyebabkan kondisi yang mengancam nyawa, yaitu sepsis.
 

Komplikasi Jangka Panjang 
1.       Cerebral palsy
Cerebral Palsy adalah gangguan gerak, tonus otot atau postur yang dapat disebabkan oleh infeksi, aliran darah ke otak yang tidak adekuat  selama kehamilan maupun pada awal hidupnya. 

2.       Gangguan perkembangan Kognitif 
Bayi prematur terkadang mengalami keterlambatan mencapai developmental milestones sesuai usianya. Setelah usia sekolah, seorang anak yang dilahirkan prematur memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami gangguan belajar.

3.       Gangguan Penglihatan 
Bayi prematur mempunyai risiko terhadap dua jenis masalah pengihatan antara lain Retinopathy of prematurity (ROP), strabismus, amblyopia dan gangguan refraksi. ROP adalah adalah penyakit yang terjadi akibat pembuluh darah pada retina yang tumbuh secara berlebihan. 

 ROP perlu mendapat perhatian khusus karena berpotensi menyebabkan kebutaan. Skrining dini dan rutin dapat mencegah komplikasi.
 
4.       Gangguan Pendengaran  

Bayi prematur memiliki risiko gangguan pendengaran derajat ringan sampai berat, baik jenis  conductive maupun sensorineural hearing loss serta keterlambatan perkembangan bahasa ekspresif dan reseptif. 

Berdasar data penelitian, 2-4% bayi dengan berat lahir rendah menderita gangguan pendengaran yang cukup berat sehingga memerlukan alat bantu dengar atau hearing aid. 
 
5.       Masalah Gigi 
Masalah gigi yang sering dialami bayi prematur antara lain erupsi terlambat, diskolorisasi gigi dan pertumbuhan gigi yang tidak teratur.

6.       Gangguan Tingkah Laku dan Psikologi 
Gangguan yang dapat dialami bayi prematur adalah attention-deficit/hyperactivity disorder (ADHD). Namun penelitian terbaru menyebutkan bahwa untuk  late preterm babies (LPI)— risiko terjadinya ADHD sama dengan bayi aterm.

7.       Penyakit Kronis 
Asma, kesulitan makan dan naiknya risiko terjadinya sudden death infant syndrome (SIDS).



JADWAL KONTROL RUTIN 
Secara umum, jadwal rutin pemeriksaan adalah saat bayi berusia 3 bulan, 7 bulan, 1 tahun dan dua tahun usia koreksi. Untuk bayi prematur ekstrim mungkin memerlukan jadwal yang lebih sering.  

Jenis follow-up bayi prematur yang diperlukan tergantung pada seberapa prematur dan komplikasi apa saja yang dialami setelah lahir dalam perawatan di Neonatal Intensive Care Unit (NICU). Bayi prematur yang ekstrim yang dirawat lama di NICU sebaiknya melakukan check-up rutin di rumah sakit tersier yang memiliki fasilitas pelayanan subspesialis.

Kontrol rutin ini bertujuan:
1. Untuk mengetahui progres pertumbuhan dan perkembangan bayi
2. Untuk mengidentifikasi secara dini permasalahan sehingga memungkinkan penanganan yang efektif dan sedini mungkin. Seperti telah diketahui bahwa komplikasi jangka panjang bayi prematur, terutama yang terkait otak dapat diminimalisasi dengan terapi dan intervensi dini.  

Setiap kontrol akan dilakukan:
1.       Pemeriksaan fisik lengkap
2.       Pemeriksaan neurologis lengkap
3.       Pemeriksaan perkembangan
4.       Evaluasi status gizi
5.       Penanganan masalah yang ditemukan





PERHATIKAN
  • Untuk semua bayi prematur dengan risiko tinggi harus dilakukan skrining ROP inisial pada usia kronologis 4-6 minggu dan dilanjutkan tiap 1-2 minggu sampai vaskularisasi retina lengkap. Jika bayi telah dipulangkan sebelum retina matur, pemeriksaan dilanjutkan dengan rawat jalan. 


    American    Academy    of    Pediatrics. Screening examination of premature infants for retinopathy of prematurity. Pediatrics 2006;117:572-6
    •  Untuk tes fungsi pendengaran perlu dievaluasi ulang pada umur 12-24 bulan

    Perlu diketahui:
    • Untuk pemantauan perkembangan sering digunakan DDST II (Denver Development Screening Test II) atau BINS (Bayley Infant Neurodevelopment Screening).
    • Pada DDST yang dinilai adalah 4 sektor perkembangan, yaitu perilaku sosial, gerakan motorik halus, gerakan motorik kasar dan bahasa.
    • BINS adalah suatu metode untuk menilai perkembangan anak yang berusia 3-24 bulan. Pada BINS yang dinilai adalah fungsi neurologis (N), reseptif (R), ekspresif (E), dan kognitif (K). Bila hasil skrining menunjukkan hasil yang tidak normal, perlu dilanjurkan dengan pemeriksaan neurologis. Agar perkembangan bayi menjadi optimal perlu diberikan intervensi berupa stimulasi dini.



    • Digg
    • Del.icio.us
    • StumbleUpon
    • Reddit
    • RSS